ceritarakyat manggarai judul buku : cerita rakyat manggarai. penulis : nai, firmana angela. penerbit : departemen pendidikan nasional jakarta no. panngil : k 398.205 985 c. tahun terbit : 2007. buku ini dapat anda baca di perpustakaan balai bahasa jawa tengah. di juli 31, 2019. kirimkan ini lewat email BORONG, - Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas sudah menetapkan Desa Mbengan desa wisata di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Penetapan itu disambut gembira oleh Kepala Desa Mbengan, Yohanes Tobi bersama warga masyarakat setempat."Pemerintah Desa Mbengan bersama masyarakat sedang menata dan mempromosikan keunikan-keunikan wisata budaya, alam, tradisi, atraksi budaya, dan cerita-cerita rakyat," kata dia kepada Rabu 19/10/2022. Desa Mbengan punya banyak wisata alam Yohanes melanjutkan bahwa ada banyak tempat wisata alam yang tersebar di kawasan Desa Mbengan. Beberapa di antaranya, Ngapan Keto tebing Keto dengan keunikan pemandangan alam untuk melihat Laut Sawu, Air Terjun Ndalo Werok, Goa Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang. Baca juga Mengenal Desa Mbengan di NTT yang Ditetapkan sebagai Desa WisataUntuk wisata budaya, ada atraksi Umbiro, Wai Doka, tarian Kelong, permainan tradisional Napa Tikin, Ghena Ajo, Dang Ajo, Paka Maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian ladang. "Beberapa waktu lalu, turis dari Jerman sudah berwisata di obyek wisata Ngapan Keto," tutur Yohanes. Bahkan beberapa tahun lalu, sambung dia, rombongan turis dari Belgia bersama pemandu dari Manggarai Timur sudah mengunjungi desa ini dan menyaksikan atraksi budaya yang dipentaskan oleh masyarakat setempat. Ritual adat Ghan Woja di Desa Mbengan Sementara itu, Tua adat Suku Mukun di Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang 62 menjelaskan, tradisi sakral di Kampung Bungan yang masih dirawat dengan baik adalah tarian Keda Rawa saat dilangsungkan ritual adat Ghan Woja. Keda artinya injak tanah, menghentakkan kaki di tanah dan rawa artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tua-tua adat di kampung tersebut. Baca juga Manggarai Timur NTT Punya Banyak Danau, Jadi Tempat Rekreasi Turis

PadaSK Bupati Manggarai Barat yang ditetapkan pada tanggal 24 Agustus tahun 2015, luas tanah bertambah 4.000 m2 jadi 16.000 m2. Menariknya, jumlah kapling tetap sama untuk nama Tarsisus Tapu, tujuh kapling (kapling 1 sampai dengan 6 dan 17) dan total jumlah kapling untuk seluruh tujuh orang ini tetap sama, yaitu 18 kapling dengan total luas 3,3 hektare.

– Nama Motang Rua, yang lahir tahun 1860, sudah tak asing lagi. Dia adalah salah satu pejuang yang menentang penjajahan Belanda atas tanah Manggarai-Flores, Nusa Tenggara Timur NTT pada awal abad ke-20. Sebagai bagian dari peringatan Hari Pahlawan yang dirayakan setiap 10 November, mengulas kisah perjuangan tokoh kelahiran Kampung Beokina, Desa Golo Langkok, Kecamatan Rahong Utara itu. Kisah ini berdasarkan penuturan Wily Grasias, salah satu keluarga Motang Rua kepada Kisah perlawanan Motang Rua terhadap Belanda tak akan pernah terjadi bila pemerintah Kolonial Belanda tak pernah mendirikan pemerintahan sipil-militer di tanah Manggarai pada awal abad ke-20. Pasukan Belanda tiba di Manggarai pada 1908. Mereka berlayar dari Ende dan mendarat di Borong. Kedatangan Belanda di kota kecil yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Manggarai Timur ini, tidak mendapat perlawanan yang berarti. Memang ada sedikit gejolak antara utusan Belanda dari suku Ende dengan masyarakat setempat. Namun hal ini tidak sampai menimbulkan masalah yang berarti. Dari Borong, Belanda kemudian melanjutkan perjalanan melalui pantai Laut Sawu menuju Todo, salah satu pusat kerjaaan yang terletak di pesisir selatan Manggarai. Belanda ingin mendirikan pusat Pemerintahan Sipil – Militer di Todo. Namun, karena topografi Todo yang berbukit-bukit, Belanda pun mencari tempat lain yang lebih cocok. Sejumlah tempat pun dipilih yaitu Malawatar Lembor, Cancar dan Puni Ruteng. Dalam rencana, Belanda ingin meresmikan pemerintahan administratif daerah jajahan Manggarai pada 31 Juli 1909 bertepatan dengan Hari Raya Kerajaan Belanda. Dari berbagai alternatif tempat yang dijadikan pusat pemerintahan itu, akhirnya, Puni Ruteng yang dipilih. Belanda pun mulai membangun rumah-rumah dan perkantoran. Namun, bukan Belanda sendiri yang membangun fasilitas pemerintahan itu, melainkan rakyat Manggarai. Belanda memerintahkan rakyat Manggarai membawa alang-alang untuk atap dan bahan bangunan lainnya. “Perlakuan semena-mena ini tidak diterima oleh Motang Rua, yang pada saat itu menjabat sebagai kepala kampung Beokina,”cerita Wily Grasias. Motang Rua lalu mengkonsolidasi kekuatan. Sejumlah orang diajaknya untuk melakukan perlawanan, seperti Sesa Ame Bembang, Padang Ame Naga, Naga Ame Demong, Lapa Ame Sampu, Angko, Rumbang, Tengga Ame Gerong, Sadu Ame Mpaung meninggal di pembuangan Sawa Lunto, Nompang Ame Tilek, dan Ulur. Kekuatan dari sjeumlah kedaluan juga dihimpun seperti dari Kedaluan Lelak ada Paci Ame Rami, Nggarang Rombeng Rejeng, dan Dareng Ame Darung. Dari Kedaluan Ndoso ada Pakar Ame Jaga, Kedaluan Ndehes ada Raja Ame Kasang Ngampang Leok, Kedaluan Ruteng ada Nggorong Carep, Tanggu, Kelang Labe dan Wakul. Dia juga mengajak adik dan kakanya sendiri yaitu Ranggung Lalong Elor, Parang Ame Panggung, Nggelong, Parung Jalagalu, Lancur Lalong Pongkor, Latu Lando Rata, Tangur, Nicik, Nggangga, Anggang Ame Geong, Nancung Laki Rani, Tagung, Dorok, Corok, Rede, Seneng, Talo, Hasa, dan Andor Jagu. Kekuatan rakyat pun dikerahkan untuk mendirikan Benteng Kuwu serta memboikot rakyat lainnya yang berasal dari arah wilayah Lelak, Ndoso, Kolang dan Rahong agar tidak menghantar bahan bangunan serta makanan untuk kepentingan Belanda di Ruteng. Alang-alang, ijuk,dan balok dipotong-potong baru kemudian dikirim ke Ruteng. Atas perlakuan itu, maka Belanda menyuruh kurir khusus bernama Japa Ame Iba. Sesampai di Wae Kang, Japa Ame Iba memukul seorang rakyat yang bernama Unduk, pengantar alang-alang. Karena peristiwa pemukulan itu, maka Motang Rua membunuh utusan khusus itu. Serdadu Belanda pun gusar. Belanda kemudian memanggil Dalu Pasa, Sesa Ame Bemban ke Puni Ruteng pada 31 Juli 1909. Melaui Dalu Pasa ini, Belanda memerintahkan agar Motang Rua menghadap Belanda. Alih-alih menghadap, Motang Rua, malah menantang. “Kami tidak akan takluk kepada Belanda, sampai kami mati, dan tanah ini, tidak relah kami serahkan kepada orang nggera kulit putih.” Kurang lebih seperti itulah tantang yang diberikan Motang Rua saat itu….bersambung PDB/Floresa Selanjutnya Bersambung ke Motang Rua Diserang Belanda Dengan Peralatan Modern 2

CeritaRakyat Manggarai NAI, Firmana Angela; Buku ini berisi terjemahan teks cerita rakyat berbahasa Manggarai. Collection Location. Perpustakaan Balai Bahasa Padang. Detail Information Series Title-Call Number-Publisher Jakarta: Pusa Bahasa., 2007 Collation. xiii, 312 hlm.; 21 cm. Language. Indonesia. ISBN/ISSN

JAKARTA, KOMPAS — Cerita rakyat dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dikemas dalam bentuk drama musikal oleh Institut Musik Daya Indonesia. Lagu-lagu daerah khas Nusa Tenggara Timur, seperti ”Ayam Hitam” dan ”Potong Bebek Angsa”, mewarnai pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu 13/7/2014.Legenda Pulau Komodo ini menceritakan seekor komodo yang dekat dengan penduduk sekitar. Usut punya usut, komodo ini ternyata kembaran dari manusia bernama Putri. Keduanya keluar dari rahim ibu yang sama. Pesan cerita ini, semestinya manusia dan hewan hidup berdampingan. Hewan mestinya dilindungi dan tak untuk Institut Musik Daya Indonesia, Kinarya GSP juga mempersembahkan tarian khas Nusa Tenggara Timur, diiringi Doris, tokoh masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cerita rakyat yang dikemas dalam drama, musik, dan tari ini menyuguhkan budaya dan kearifan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang memesona.”Tadi itu namanya tari Paci, yang merupakan syukuran atas hasil panen. Pemukulan gong itu bermaksud informasi kepada masyarakat,” ujar menjelaskan penari perempuan yang mengenakan mahkota bali belo dan penari laki-laki dengan topi panggal tanduk sapi. ”Itu menceritakan kegembiraan atas kesuburan padi dan hasil alam di Manggarai, dekat dengan Pulau Komodo. Lalu topi panggal itu simbol untuk melindungi diri dari peperangan,” tutur Doris, ada cerita rakyat di Manggarai yang dipercaya sebagai kisah nyata. Legenda itu mengenai tiga kerajaan pada zaman dahulu yang ketiga rajanya memperebutkan seorang perempuan tercantik di Manggarai. Daripada terjadi pertumpahan darah, perempuan itu merelakan kulitnya menjadi bahan membuat kendang. ”Perempuan itu mengorbankan dirinya daripada jadi rebutan. Kendang itu masih ada sampai sekarang,” Renitasari Adrian, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, kekayaan sastra Indonesia tidak hanya dilihat dari banyaknya buku dan karya sastra yang beredar. Beragam cerita rakyat dan legenda masyarakat juga berandil besar. ”Sayang masih banyak yang belum akrab di telinga masyarakat. Makanya harus terus dipopulerkan,” IMDI, Tjut Nyak Deviana Daudsjah, mengatakan, IMDI dengan beragam pertunjukan yang disuguhkan selama ini berkeinginan untuk mengembalikan pendidikan seni pertunjukan pada jalurnya. IMDI menawarkan pendidikan formal supaya seni pertunjukan bisa go international. Sudah saatnya seni pertunjukan menjadi sebuah kreativitas yang bernilai ekonomi.”Tujuan lain tentunya kami ingin meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya Indonesia. Saya padukan ilmu dari Barat dan Timur. Saya yakin, seni pertunjukan itu produk kebudayaan yang bisa mendapatkan nilai ekonomi,” tutur menyuguhkan paket seni pertunjukan yang komplet, mulai pemain musik, penari, pemain drama, hingga petugas lampu dan manajer panggung. ”Kami mandiri semua. Satu paket. Jadi bisa dibilang kami dari lembaga formal yang sudah siap masuk ke industri seni pertunjukan,” ujar seni pertunjukan saat ini sudah bisa menjadi industri kreatif jika digarap puluhan tahun lalu. IVV Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
ManggaraiTimur, SEKOLAHTIMUR.COM - Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar kegiatan bertajuk Pembinaan Literasi Generasi Muda Tahun 2022: Peningkatan Kompetensi Literasi Wilayah 3T di Kabupaten Manggarai Timur pada Senin - Kamis, 4 - 7 April 2022 di
Buku Budaya dan Ragam Cerita Rakyat Manggarai Timur memerikan secara ringkas kebermaknaan kebudayaan sebagai jendela dunia masyarakat Manggarai Timur, sebagaimana tercermin dalam tujuh puluh empat teks cerita rakyat yang terinventarisasi berdasarkan judul dan isi cerita dalam dua bahasa bahasa lokal dan bahasa Indonesia. Cerita rakyat tersebut diwadahi dalam enam bahasa lokal yang hidup berdampingan di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Keenam bahasa lokal dimaksud adalah bahasa Manggarai, bahasa Manus, bahasa Kolor atau Mbaen, bahasa Rongga, bahasa Rajong, dan bahasa Kepo. Selain itu, cerita rakyat Manggarai Timur itu terklasifikasi menjadi tiga tipe yang meliputi mitos, legenda, dan yang sarat dengan nilai kearifan lokal ini merupakan bagian dari penelitian Optimalisasi Potensi Tradisi Lisan untuk Menciptakan Sumber Belajar bagi Para Siswa di Manggarai Timur pada tahun ke-1 dari dua tahun pelaksanaan 2022 dan 2023 yang dibiayai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Tim pelaksana penelitian adalah tim dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dengan komposisi Ni Wayan Sumitri sebagai ketua tim serta Ni Wayan Widiastuti dan Ni Wayan Sudarti sebagai cerita yang tersaji dalam buku berisi empat bab ini penuh dengan muatan nilai etika moral yang diharapkan bisa mengisi kekosongan sumber belajar bagi para siswa di Manggarai Timur dalam upaya menunjang pembelajaran pendidikan karakter bangsa berbasis bahasa dan budaya lokal Manggarai Timur. Bersamaan dengan itu, diharapkan pula agar buku yang mendokumentasikan budaya dan ragam cerita rakyat Manggarai Timur ini juga bermanfaat bagi pihak di luar masyarakat Manggarai Timur untuk mengenal cerita rakyat Nusantara karena mekanisme penyajian teks cerita disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Ceritahantu KKN ini sebenarnya terjadi di kota Jawa Timur pada tahun 2009, namun menyita perhatian publik baru baru ini akan ceritanya yang menyeramkan. Kereta Hantu Manggarai. Stasiun Manggarai ini juga menjadi salah satu tempat munculnya cerita seram yang diyakini oleh sebagian masyarakat. Cerita seram ini tidak hanya dialami oleh satu
Buku Budaya dan Ragam Cerita Rakyat Manggarai Timur memerikan secara ringkas kebermaknaan kebudayaan sebagai jendela dunia masyarakat Manggarai Timur, sebagaimana tercermin dalam tujuh puluh empat teks cerita rakyat yang terinventarisasi berdasarkan judul dan isi cerita dalam dua bahasa bahasa lokal dan bahasa Indonesia. Cerita rakyat tersebut diwadahi dalam enam bahasa lokal yang hidup berdampingan di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Keenam bahasa lokal dimaksud adalah bahasa Manggarai, bahasa Manus, bahasa Kolor atau Mbaen, bahasa Rongga, bahasa Rajong, dan bahasa Kepo. Selain itu, cerita rakyat Manggarai Timur itu terklasifikasi menjadi tiga tipe yang meliputi mitos, legenda, dan yang sarat dengan nilai kearifan lokal ini merupakan bagian dari penelitian Optimalisasi Potensi Tradisi Lisan untuk Menciptakan Sumber Belajar bagi Para Siswa di Manggarai Timur pada tahun ke-1 dari dua tahun pelaksanaan 2022 dan 2023 yang dibiayai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Tim pelaksana penelitian adalah tim dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dengan komposisi Ni Wayan Sumitri sebagai ketua tim serta Ni Wayan Widiastuti dan Ni Wayan Sudarti sebagai cerita yang tersaji dalam buku berisi empat bab ini penuh dengan muatan nilai etika moral yang diharapkan bisa mengisi kekosongan sumber belajar bagi para siswa di Manggarai Timur dalam upaya menunjang pembelajaran pendidikan karakter bangsa berbasis bahasa dan budaya lokal Manggarai Timur. Bersamaan dengan itu, diharapkan pula agar buku yang mendokumentasikan budaya dan ragam cerita rakyat Manggarai Timur ini juga bermanfaat bagi pihak di luar masyarakat Manggarai Timur untuk mengenal cerita rakyat Nusantara karena mekanisme penyajian teks cerita disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Info Buku ISBN 978-623-321-197-0 Dimensi x 21 cm Jenis Cover Soft Cover Jenis Kertas Bookpaper Berat 300 gram Jumlah Halaman xii + 290 hlm Tahun Terbit 2022 Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia . 392 343 383 327 234 86 216 189

cerita rakyat manggarai timur